Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

Narasi Usang

Sebuah pilihan, menemaniku yang ragu di tepi reruntuhan. Haruskah kembali memulai, atau memilih berakhir dengan usai. Setetes darah jatuh, lalu embun dimataku meluruh, ragaku lusuh rasanya seperti kertas basah yang rapuh.  Mengapa? Ada sakit dihatiku yang tak pernah sembuh. Hingga denyut keras dikepalaku menuntut teriak atas mulut yang tak pernah riuh.  Tuhan, apa ini kutukan? Setidaklayak apa aku menemui kebahagiaan? Rasanya hanya ada lara yang tak berkesudahan. Sampai-sampai terpilih kata selesai dengan menggoreskan runcingnya serpihan pada kulit yang membungkus nadi dan harapan.  Apakah lelah bagiku salah? Lalu dengan lancangnya aku hanya dituntut untuk tak marah dan tetap melangkah. Pula mengejar hal yang sulit untuk sekedar singgah. Meski duri menembus kakiku hingga berdarah darah.  (NWS)

Cintaku, Selamat satu tahun

 Setahun yang lalu, kita melangkah berdua, Dalam balutan cinta, janji setia terucap di dada, Hari itu, langit seakan tersenyum, Mengiringi kita dalam ikrar yang takkan pernah redup. Kau, cintaku, adalah pagi yang selalu kurindukan, Menghadirkan hangat di setiap detik perjalanan. Dalam tatapmu, aku temukan rumah, Tempat di mana hatiku tak lagi resah. Kita belajar, dari waktu yang terus berjalan, Menjalin kisah, dari senyum hingga tangisan. Di pelukanmu, kutemukan arti dari kekuatan, Bahwa cinta adalah keberanian untuk bertahan. Tak selalu mudah, jalan yang kita pilih, Ada badai yang datang, ada angin yang berbisik lirih, Namun kau dan aku, tak pernah lelah berjuang, Karena dalam cinta ini, kita selalu menang. Setahun ini kita merajut mimpi, Dalam kata dan tindakan yang tak pernah henti. Kau adalah segala yang aku butuhkan, Tempat aku berpulang saat dunia terasa tak menentu. Kau, adalah matahari di siang terik, Adalah bulan yang meneduhkan di malam yang sunyi. Setiap hari bersamamu, adal